Tusuk
hidung merupakan salah satu kebudayaan dari daerah pegunungan tengah
Papua. Kebudayaan ini memiliki makna yang mendalam bagi setiap
pelakunya. Melubangi bagian tengah hidung (septum) dilakukan umumnya
oleh kaum adam. Bukan berarti kaum hawa tidak boleh melakukannya, namun
kebanyakan dari kaum hawa memilih untuk melubangi telinganya. Budaya
yang satu ini menggambarkan kedewasaan dari pelakunya.
Dewasa
dalam arti sudah dapat membantu meringankan pekerjaan orang tua seperti
'membelah kayu' bakar untuk kepentingan keluarga, membantu orang tua
mengerjakan ladang bahkan membuka ladang baru sendiri, hingga
menggambarkan kesiapan pelakunya untuk hidup berumah tangga.
Cara melubanginya pun terbilang ekstrim. Melubangi hidung/septum dan
telinga tidak menggunakan jarum seperti yang sedang trend saat ini.
Tetapi alat yang dingunakan adalah sebatang kayu dengan diameter 1 - 2
cm yang diruncingkan dan ditusukkan pada septum. Kemudian kayu tersebut
dibiarkan selama beberapa waktu hingga luka tersebut sembuh dan akan
diperoleh lubang sebesar kayu itu.
Pelaku
harus berpantang makan buah-buahan seperti ketimun, labu, dan berbagai
umbi-umbian yang berbentuk bulat selama dalam masa proses penyembuhan.
Selain itu karena telah melubangi hidungnya para pelaku wajib membantu
orang tua dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Jika hal-hal
tersebut dilanggar maka bukannya kesembuhan dan lubang yang bagus
diperoleh melainkan infeksi bahkan robeknya septum sehingga akan merusak
penampilan yang didapatkan. Hal ini dipercayai oleh beberapa daerah di
pegunungan tengah.
Hidung dan telinga yang telah berlubang ini akan berubah fungsi ketika
diadakannya upacara dan pesta adat. Lubang-lubang tersebut akan menjadi
tempat bagi assesories penghias wajah. Sepasang taring babi,
moncong/paruh panjang burung-burung pemakan buah yang dihiasi dengan
manik-manik yang bergantungan, hingga berbagai macam bentuk kayu akan
dipasangkan di sana. Bagi kaum adam itulah salah satu cara memikat hati
kaum hawa. Sementara jika dalam suasana perang, benda-benda yang
dipasangkan dalam lubang tersebut akan menggambarkan kejantanan
penggunanya.
Namun sayang, budaya ini nampaknya mulai tergusur oleh jaman. Saat ini jarang ditemukan kaum muda yang melakukan hal tersebut.
sumber : http://arinanuruld.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar