AUDI LORENZO

AUDI LORENZO

Kamis, 27 Februari 2014

Tradisi unik tusuk hidung masyarakat Papua

Tusuk hidung merupakan salah satu kebudayaan dari daerah pegunungan tengah Papua. Kebudayaan ini memiliki makna yang mendalam bagi setiap pelakunya. Melubangi bagian tengah hidung (septum) dilakukan umumnya oleh kaum adam. Bukan berarti kaum hawa tidak boleh melakukannya, namun kebanyakan dari kaum hawa memilih untuk melubangi telinganya. Budaya yang satu ini menggambarkan kedewasaan dari pelakunya.
Dewasa dalam arti sudah dapat membantu meringankan pekerjaan orang tua seperti 'membelah kayu' bakar untuk kepentingan keluarga, membantu orang tua mengerjakan ladang bahkan membuka ladang baru sendiri, hingga menggambarkan kesiapan pelakunya untuk hidup berumah tangga.
          Cara melubanginya pun terbilang ekstrim. Melubangi hidung/septum dan telinga tidak menggunakan jarum seperti yang sedang trend saat ini. Tetapi alat yang dingunakan adalah sebatang kayu dengan diameter 1 - 2 cm yang diruncingkan dan ditusukkan pada septum. Kemudian kayu tersebut dibiarkan selama beberapa waktu hingga luka tersebut sembuh dan akan diperoleh lubang sebesar kayu itu.
Pelaku harus berpantang makan buah-buahan seperti ketimun, labu, dan berbagai umbi-umbian yang berbentuk bulat selama dalam masa proses penyembuhan. Selain itu karena telah melubangi hidungnya para pelaku wajib membantu orang tua dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Jika hal-hal tersebut dilanggar maka bukannya kesembuhan dan lubang yang bagus diperoleh melainkan infeksi bahkan robeknya septum sehingga akan merusak penampilan yang didapatkan. Hal ini dipercayai oleh beberapa daerah di pegunungan tengah.
            Hidung dan telinga yang telah berlubang ini akan berubah fungsi ketika diadakannya upacara dan pesta adat. Lubang-lubang tersebut akan menjadi tempat bagi assesories penghias wajah. Sepasang taring babi, moncong/paruh panjang burung-burung pemakan buah yang dihiasi dengan manik-manik yang bergantungan, hingga berbagai macam bentuk kayu akan dipasangkan di sana. Bagi kaum adam itulah salah satu cara memikat hati kaum hawa. Sementara jika dalam suasana perang, benda-benda yang dipasangkan dalam lubang tersebut akan menggambarkan kejantanan penggunanya.
Namun sayang, budaya ini nampaknya mulai tergusur oleh jaman. Saat ini jarang ditemukan kaum muda yang melakukan hal tersebut. 
sumber : http://arinanuruld.blogspot.com
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


haloo!