AUDI LORENZO

AUDI LORENZO

Kamis, 27 Februari 2014

Tanaman sagu di tanah Papua Indonesia

Sagu
Bagi masyarakat di Kabupaten Yahukimo khususnya dan masyarakat Papua umumnya, sagu sudah menjadi bagaian dari kehidupan mereka sebagai budaya. Budaya sagu ini erat kaitanya dengan wilayah Papua yang merupakan lumbung bagi pohon sagu. Pohon sagu tersebar luas di seluruh wilayah Papua. Papua sendiri merupakan provinsi yang memiliki lahan sagu terbesar di Indonesia.  85 persen lahan sagu nasional ada di provinsi ini.
 
Bagi penduduk yang berada dipedalaman mendapatkan sagu dengan mencarinya di hutan. Yang bertugas mencari dan kemudian memasak sagu ini biasanya dilakukan oleh kaum perempuan karena dianggap tidak memerlukan tenaga fisik yang besar.
 
Sementara kaum wanita mencari sagu, kaum prianya berburu untuk mencari makanan yang dijadikan lauk untuk dimakan bersama sagu nantinya. Pohon sagu yang siap dan bagus untuk diambil saripatinya yaitu yang berumur antara 3 hingga 5 tahun.
 
Kegiatan mencari sagu ini juga dikenal dengan nama memangkur. Sebelum menebang pohon, pencari sagu memeriksa dahulu apakah pohon tersebut mengandung cukup sagu atau tidak. Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan melubangi pohon sagu menggunakan kapak. Dari lubang tersebut para pencari sagu dapat mengetahui kandungan sagu dalam pohon, jika dirasa cukup mengandung sagu maka pohon tersebut akan ditebang. Sagu diperoleh dari pengolahan empulur pohon sagu untuk diambil saripatinya.
 
Empelur pohon sagu berada di bagian dalam batang pohon sagu. Empelur ini terlihat setelah batang pohon sagu dibelah. Empulur atau bagian tengah pohon sagu ini kemudian dipangkur menggunakan ames atau pangkur untuk memperoleh serpihan-serpihan kecil seperti parutan kelapa dalam ukuran yang lebih besar.
 
Untuk beberapa wilayah, sebagian masyarakat Yahukimo sudah menggunakan alat yang lebih modern untuk memperoleh serpihan-serpihan kecil ini. Mereka menggunakan alat seperti parutan kelapa untuk memarut empelur sagu yang sudah dibelah-belah. Selanjutnya serpihan-serpihan sagu tersebut di peras dengan menggunakan campuran air. Hasil perasan tersebut ditampung dalam sebuah wadah.
 
Tahap penampungan ini bertujuan untuk mengendapkan saripati sagu. Setelah beberapa jam, air perasan yang tadinya berwarna putih perlahan berubah menjadi bening di bagian atasnya dan terlihat endapan sagu di dasarnya. Setelah itu air tersebut dibuang hingga hanya tersisa endapan sagu. Sagu inilah yang kemudian siap diolah sebagai bahan makanan.  Satu pohon sagu yang bagus dapat menghasilkan sekitar 120 kg hingga 150 kg.
 
Saat ini, bagi sebagian keluarga mencari sagu bukan hanya untuk dikonsumsi sendiri. Mereka juga mencari sagu untuk di jual di pasar. Hasil penjualan sagu tersebut dapat digunakan untuk membeli keperluan mereka yang lain. (Sumber Buku Profil Kabupaten Yahukimo)

sumber : http://www.yahukimokab.go.id
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


haloo!